Tuesday, October 12, 2010

LBM 5-Neurovaskuler Peripheral Disease (2)

Step 7
1. Penyebab kontraktur pada luka bakar
- Jarang digerakkannya anggota tubuh yang terkena luka bakar
- Menurunnya intake nutrisi
- Jaringan yang terkena luka bakar memendek
- Terjadinya jaringan parut sehingga sendi sulit digerakkan

2. Hubungan parestesi dan kontraktur
Kontraktur merupakan masalah lain yang dikhawatirkan terjadi ketika luka bakar sembuh. Jaringan tubuh yang terbakar akan memendek karena gaya yang di timbulkan sel-sel fibroblast dan fleksi otot dalam proses kesembuhan luka yang dialami.
Gaya lawan yang ditimbulkan, traksi dan pengaturan posisi serta latihan gerak yang bertujuan harus digunakan untuk melawab deformitas pada luka bakar yang mengenai sendi.

3. farmako dan non farmakologi kontraktur

Non farmakologi kontraktur:
a. konservatif : lebih mengoptimalkan penanganan fisioterapi terhadap penderita, meliputu:
1) proper positioning pada luka, sebagai berikut:
 leher : ekstensi/iperekstensi
 bahu : abduksi, rotasi eksternal
 antrebalis : supinasi
2) exercise : tujuannya untuk mengurangi udem, memelihara lingkup gerak sendi dan mencegah kontraktur
 free active exercise : latihan yang dilakukan penderita sendiri
 isometric exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita sendiri dengan kontraksi otot tanpa gerakan sendi
3) stretching
4) splinting/branching
5) pemanasan dengan pemberian ultra sound selama 10 menit atau lapangan.
b. Operatif : pilihan terakhir bila pencegahan kontraktur dan terapi konservatif tidak memberikan hasil yang diharapkan.
1) Z plasty/S-plasty : indikasi operasi itu bila kontraktur dengan adanya sayap dan dengan kulit sekitar yang lunak.
2) Skin graft : indikasinya bila ditemukan jaringan parut yang sangat lebar. Kontraktur dilepaskan dengan inisiasi transversal pada seluruh lapisan parut, selanjutnya dilakukan ekstensi jaringan parut secukupnya. Jahitan harus berhati-hati pada ujung-ujung luka lain, kemudian dilakukan balut tekan. Balut diganti pada hari kesepuluh dan dilanjutkan dengan latihan aktif pada minggu ketiga post operasi.
3) Flap
4. Gangguan neurovaskular
Macam-macam ganngguan neurovaskuler:
- Aneurisme
Penonjolan abnormal dinding arteri menyebabkan aneurisme. Aneurisma dapat terbentuk di setiap bagian dari tubuh, tetapi hanya aneurisma otak-satu yang mempengaruhi arteri memasok otak dapat menyebabkan stroke. Kondisi ini diperparah dengan hipertensi, penuaan dan aterosklerosis. Jika suatu aneurisma pecah, darah mengalir ke otak, atau membran pelindung yang mengelilingi otak yang disebut ruang subarachnoid. Aneurisma otak yang dikenal sebagai pendarahan subarachnoid aneurysmal adalah keadaan darurat medis.
- Malformasi arterivenosa
- Carotid Artery Disease
Penyakit Arteri karotis adalah penyumbatan atau penyempitan pembuluh arteri, sumber utama aliran darah dari jantung ke otak. Pembuluh arteri menjadi diblokir (tersumbat) atau menyempit (stenosis) karena beberapa jenis penyakit. Penyebab paling umum adalah aterosklerosis, pengerasan atau penebalan dinding pembuluh darah yang disebabkan oleh plak atau lemak. Deposito ini dapat mencegah aliran darah yang memadai ke otak sehingga menyebabkan berbagai komplikasi termasuk stroke.
- Carotid-Cavernous Fistula (CCF)
- Cerebrovascular Ischemia
- Moya Moya Disease
Moya Moya adalah kelainan langka yang tidak pasti menyebabkan yang mengarah ke ireversibel penyumbatan pembuluh darah utama ke otak saat mereka masuk ke dalam tengkorak. Sumbatan ini cenderung menyebabkan stroke atau serangan jantung. Proses penyumbatan (oklusi vaskular) setelah mulai cenderung untuk terus meskipun manajemen medis diobati dengan operasi.
- Vasospasm
Efek samping yang berbahaya dari perdarahan subarachnoid yang menimbulkan iritasi pembuluh darah di permukaan otak yang menyebabkan mereka untuk menyempitkan menentu, memotong aliran darah.
- Malformasi vena Galen
VGM adalah kondisi yang sangat langka yang mempengaruhi pembuluh darah otak. Yang terjadi selama perkembangan embrionik, yang tidak normal VGM hubungan antara arteri dan mengalir dalam pembuluh darah otak. Kondisi normal arteri dan vena ini dihubungkan oleh kapiler yang berfungsi untuk memperlambat aliran darah melalui otak, yang memungkinkan pertukaran yang diperlukan oksigen dan nutrisi. VGM itu tidak memiliki kapiler, sehingga aliran darah sangat cepat dapat meningkatkan kerja jantung. Berlebihan menyebabkan ketegangan pada jantung, hasilnya bisa gagal jantung, yang merupakan gejala paling umum dari penyakit ini. Para aliran darah tinggi juga dapat mengganggu drainase darah normal dari otak, yang dapat menyebabkan perkembangan hidrosefalus.
- Stroke
Stroke adalah suatu kondisi di mana pasokan vital darah dan oksigen yang menuju ke otak tiba-tiba terganggu. Sebuah stroke dapat merusak jaringan otak dan menyebabkan hilangnya beberapa fungsi fisik dan mental dikendalikan oleh area cedera otak. Stroke terjadi bila pembuluh darah arteri atau mengarah ke atau di otak tersumbat atau pecah. Ada dua jenis stroke, stroke iskemik (pemblokiran) dan hemorrhagic stroke (pendarahan).
- Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi bila pembuluh darah yang mensuplai otak tersumbat darah, tiba-tiba menurun atau menghentikan aliran darah dan akhirnya menyebabkan sel-sel otak mati dan beberapa fungsi tubuh menjadi terganggu. Stroke semacam ini menyumbang sekitar 80 persen dari semua stroke. Ada dua jenis iskemik atau gumpalan-menyebabkan stroke, thrombotic dan emboli. Sebuah thrombotic stroke terjadi ketika gumpalan darah terbentuk dalam arteri yang memasok darah ke otak. Sebuah stroke emboli terjadi ketika sebuah plakat fragmen atau perjalanan gumpalan darah ke otak dari jantung atau arteri lain memasok otak. Jenis penyumbatan dalam arteri mungkin disebabkan oleh aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah yang disebabkan oleh kolesterol atau plak build-up.
- Hemorrhagic Stroke
Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di otak pecah atau robek. Jangka panjang tekanan darah tinggi dapat melemahkan pembuluh darah di otak dan akhirnya menyebabkan hemorrhagic stroke (pendarahan otak).

5. Neurovaskuler normal

- Vasokontriktor : lokasi bilateral bagian anterolateral medulla bagian atas
- Vasodilator : bilateral di bagian anterolateral dari separuh bawah medulla
- Sensor : lokasi di bawah solitaries bagian posterior medulla pons bagian bawah.
Neuron dari daerah ini menerima sinyal sensoris dari nervus dan glosofaringeus.
 Keluar kemudian mengendalikan daerah vasokontriktor dan vasodilatator serta mengendalikan sistem sirkulasi.

6. Mekanisme kesemutan
Kesemutan terjadi karena terlalu bertumpu atau tertekan (kaki yang lama di tekuk atau posisi salah).
 Gangguan saraf tepi (perifer)
Syaraf di luar otak bisa dipengaruhi:
1. Tekanan sehingga aliran darah tidak lancar
2. Gangguan metabolisme (misalnya, diabetes)
3. Infeksi jaringan ikat
4. Gangguan pada pembuluh darah
5. Kurang vitamin B 12
Kesemutan atau paresthesia merupakan sensasi spontan yang abnormal pada daerah persyarafan tertentu. Secara normal manusia bisa merasakan sensasi tertentu setelah ada rangsangan atau stimulus yang sesuai. Contoh, meraba, merasa, menyentuh, menekan, nyeri, dan sebagainya.
Sensasi baru muncul ketika ada stimulus dan sensasi tersebut harus sesuai stimulus
Pada paresthesia, sensasi muncul spontan tanpa ada stimulus. Bisa berupa rasa panas seperti terbakar, tidak enak, kesemutan, seperti ditusuk-tusuk. Untuk itulah gejala parasthesia biasa dijumpai pada berbagai penyakit yang mengenai saraf khusunya saraf perifer.

TAMBAHAN
Kesemutan atau parestesia dalam ilmu kedokteran, adalah sensasi pada permukaan tubuh tertentu yang tidak dipicu rangsangan dari dunia luar. Sebenarnya parestesia adalah sensasi rasa dingin atau panas di suatu bagian tubuh tertentu, atau sensasi rasa dirambati sesuatu. Parestesia itu timbul bila terjadi iritasi pada serabut saraf yang membawa sensasi kesemutan.
Kesemutan terjadi jika syaraf dan pembuluh darah mengalami tekanan Misalnya, saat duduk bersimpuh atau menekuk kaki terlalu lama, maka syaraf dan aliran darah terganggu. Umumnya kesemutan akan mereda jika bagian tubuh yang mengalaminya digerakkan.
Beberapa gangguan kesehatan serius yang ditandai gejala kesemutan, antara lain:
a. Radang sumsum tulang belakang (myelitis)
Terjadi pada orang dewasa, kadang-kadang gejala kesemutan didahului oleh flu berat. Kesemutan yang dirasakan akan menghebat, naik dari ujung jari kaki sampai ke pusar (perut tengah). Gejalanya berkembang menjadi rasa tebal di permukaan kulit. Setelah fase ini, penderita akan mengalami kesulitan berjalan. Ini adalah gejala radang sumsum tulang belakang, yang terjadi karena serangan virus bernama cytomegalovirus (CMV). Penderita menjadi tidak bisa mengontrol buang air kecil. Buang air besar pun sulit. Penyakit ini dapat disembuhkan total, dapat pula cuma sembuh sebagian, tetapi ada juga yang sampai lumpuh.
b. Diabetes mellitus atau kencing manis
Pada penderita diabetes, kesemutan adalah gejala kerusakan pembuluh-pembuluh darah. Akibatnya, darah yang mengalir di ujung-ujung syaraf berkurang. Gejala yang dirasakan biasanya telapak kaki terasa tebal, kadang-kadang panas, dan kesemutan di ujung jari terus-menerus. Kemudian disertai rasa nyeri yang menikam, seperti ditusuk-tusuk di ujung telapak kaki, terutama pada malam hari.
c. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Kesemutan yang menyerang ujung jari, biasanya tangan kanan, dan kemudian berkembang menjadi rasa tebal, saat digunakan beraktivitas, adalah gejala CTS. Gejala kesemutan ini berkaitan dengan rongga di pergelangan tangan (karpal) yang mengalami pembesaran otot-otot sehingga menekan saraf yang melewati terowongan tersebut. CTS bisa menjadi gangguan lebih serius bila didiamkan cukup lama, misalnya 1 – 2 tahun.
Pada tahap ini tekanan otot sudah mengganggu aliran darah ke tangan, dengan akibat otot-otot yang mengalami kekurangan nutrisi akan mengecil, dan melemahkan otot.
d. Jantung
Pada penderita sakit jantung, kesemutan dapat juga timbul karena komplikasi jantung dan sarafnya. Yang terjadi misalnya, si penderita menjalani operasi pemasangan klep jantung. Saat pemasangan, ada bekuan darah menempel, yang kemudian terbawa aliran darah ke atas, dan menyumbat salah satu pembuluh darah di otak. Bila sumbatan di otak itu kebetulan mengenai daerah yang mengatur sistem sensorik, si penderita akan merasakan kesemutan sebelah. Bila daerah yang mengatur sistem motorik juga terkena, kesemutan akan menjadi kelumpuhan.
e. Rematik
Rematik juga menimbulkan kesemutan atau rasa tebal. Gejala kesemutan karena rematik akan hilang bila rematik sembuh.

7. Patofisiologi luka bakar dan kontraktur
a. Patofisiologi luka bakar
 Berat ringannya luka bakar tergantung pada faktor, agent, lamanya terpapar, area yang terkena, kedalamannya, bersamaan dengan trauma, usia dan kondisi penyakit sebelumnya.
 Derajat luka bakar terbagi menjadi tiga bagian; derajat satu (superficial) yaitu hanya mengenai epidermis dengan ditandai eritema, nyeri, fungsi fisiologi masih utuh, dapat terjadi pelepuhan, serupa dengan terbakar mata hari ringan. Tampak 24 jam setelah terpapar dan fase penyembuhan 3-5 hari. Derajat dua (partial) adalah mengenai dermis dan epidermis dengan ditandai lepuh atau terbentuknya vesikula dan bula, nyeri yang sangat, hilangnya fungsi fisiologis. Fase penyembuhan tanpa infeksi 7-21 hari. Derajat tiga atau ketebalan penuh yaitu mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis, tanpa meninggalkan sisa-sisa sel epidermis untuk mengisi kembali daerah yang rusak, hilangnya rasa nyeri, warnanya dapat hitam, coklat dan putih, mengenai jaringan termasuk (fascia, otot, tendon dan tulang).
 Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi kapiler secara massive dan berpengaruh pada sistem kardiovaskular karena hilangnya atau rusaknya kapiler, yang menyebabkan cairan akan lolos atau hilang dari compartment intravaskuler kedalam jaringan interstisial. Eritrosit dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan menyebabkan peningkatan hematokrit dan leukosit. Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi kekurangan cairan.
 Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh mengadakan respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang mana dapat terjadi ilius paralitik, tachycardia dan tachypnea merupakan kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler dengan meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap injury jaringan dan perubahan sistem. Kemudian menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi vasokontriksi yang akan berakibat pada depresi filtrasi glomerulus dan oliguri.
 Repon luka bakar akan meningkatkan aliran darah ke organ vital dan menurunkan aliran darah ke perifer dan organ yang tidak vital.
 Respon metabolik pada luka bakar adalah hipermetabolisme yang merupakan hasil dari peningkatan sejumlah energi, peningkatan katekolamin; dimana terjadi peningkatan temperatur dan metabolisme, hiperglikemi karena meningkatnya pengeluaran glukosa untuk kebutuhan metabolik yang kemudian terjadi penipisan glukosa, ketidakseimbangan nitrogen oleh karena status hipermetabolisme dan injury jaringan.
 Kerusakan pada sel daerah merah dan hemolisis menimbulkan anemia, yang kemudian akan meningkatkan curah jantung untuk mempertahankan perfusi.
 Pertumbuhan dapat terhambat oleh depresi hormon pertumbuhan karena terfokus pada penyembuhan jaringan yang rusak.
Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan pada saat yang sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler. Terjadi pertukaran elektrolit yang abnormal antara sel dan cairan interstisial dimana secara khusus natrium masuk kedalam sel dan kalium keluar dari dalam sel. Dengan demikian mengakibatkan kekurangan sodium dalam intravaskuler.

Burn Shock hipovolemik, komplikasi yang sering terjadi, manifestasi klinisnya:
1. Respon kardiovaskuler
 Cairan pindah dari intravaskuler ke extravaskuler melalui kebocoran kapiler sehingga menyebabkan kehilangan Na, air, protein dan juga menyebabkan edema jaringan.
 Penurunan curah jantung luas
 Hemokonsentrasi eritrosit
 Penurunan perfusi
2. Respon renalis
Aliran ke ginjal menurun sehingga urin sedikit dan menyebabkan gagal ginjal.
3. Respon gastrointestinal
 20% penurunan aktivitas’kombinasi efek respon hipovolemik, neurologik, respon endokrin karena ada permukaan luas
 NGT mencegah distensi abdomen, muntah, aspirasi
4. Respon imunologi
 Gangguan integritas kulit mengakibatkan mikroorganisme masuk kedalam luka.
 Makrofag dan neutrofil akan menurun apabila imunologi sedang turun.

b. Patofisiologi kontraktur
Apabila jaringan ikat dan otot dipertahankan dalam posisi memendek dalam jangka waktu yang lama, serabut-serabut otot dan jaringan ikat akan menyesuaikan memendek dan menyebabkan kontraktur sendi. Otot yang dihertahan memendek dalam 5-7 hari akan mengakibatkan pemendekan perut otot yang menyebabkan kontraksi jaringan kolagen dan pengurangan jaringan sarkomer otot. Bila posisi ini berlanjut sampai 3 minggu atau lebih, jaringan ikat sekitar sendi dan otot akan menebal dan menyebabkan kontraktur.

8. ASKEP Luka Bakar
Pengkajian:
1. Data biografi : nama, usia, jenis kelamin, ras, dan lain-lain.
2. Luas luka bakar
3. Kedalaman luka bakar
4. Lokasi/area luka
5. Masalah kesehatan lain
6. Data penunjang
a. NDx : Tidak efektif bersihkan jalan nafas dan gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru, injury pulmonal sekunder dari smoke Inhalation, karbon monoksida atau hipoksia.

NOC : Kepatenan jalan nafas dapat dipertahankan yang ditandai dengan saturasi oksigen dalam batas normal, jalan nafas dan bunyi nafas bersih.

NIC : Mempertahankan kepatenan jalan nafas dan pertukaran gas;
 Kaji status pernafasan setiap jam untuk 72 jam pertama.
 Monitor analisa gas darah.
 Monitor pulse oximetry
 Pemberian oksigen sesuai program
 Latihan nafas dalam dan batuk efektif setiap 1-2 jam sekali bila tidak tidur.
 Tinggikan posisi kepala 15-30 derajat.
 Pengisapan (suction) lendir bila perlu.
b. NDx : Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan luka bakar.

NOC : Klien akan menunjukkan pengeluaran urine lebih kurang atau sama dengan 1 ml/kg berat badan/jam untuk 24 jam pertama setelah injury dan tetap terpantau.

NIC : Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat;
 Berikan cairan intravena dan oral sesuai dengan kebutuhan dan pantau secara ketat.
 Monitor urine output (pengeluaran urine) dan catat bila kurang dari 1 ml/kg berat badan jam dan lapor ke penanggung jawab.
 Kaji tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit; hypokalemia dan hyperkalemia, hyponatremia dan hypernatremia, hypochloremia, hypercalcemia dan hypocalcemia.
 Monitor status neurology
 Monitor nadi perifer dan nadi bagian distal serta catat adanya perubahan dan lakukan kolaborasi.
c. NDx : Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari intravaskular ke dalam rongga interstisial dan hilangnya cairan secara evaporasi.

NOC : Klien akan memperlihatkan keseimbangan cairan dan elektrolit

NIC : Mempertahankan volume cairan dalam batas normal
 Monitor tanda-tanda vital sampai stabil
 Monitor pemasukan dan pengeluaran.
 Timbang berat badan setiap hari.
 Monitor elektrolit, Hgb, dan Hct.
 Pemberian terapi intravena dan oral.
 Pemberian kalium bila kalium rendah.
d. NDx : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar, injury thermal.

NOC : Luka bakar akan sembuh tanpa infeksi

NIC : Meningkatkan penyembuhan luka dan integritas kulit;
 Kaji luka pada fase akut: perubahan warna, kulit, membran mukosa dan kuku.
 Rubah posisi setiap 2 jam atau sesuai kebutuhan klien terutama bagian tulang-tulang yang resiko menimbulkan decubitus.
 Cegah adanya gesekan pada kulit.
 Support dengan bantal pada bagian tertentu yang dibutuhkan.
 Lakukan perawatan luka dengan steril; menggunakan sarung tangan, baju khusus, gunakan larutan normal saline yang steril untuk membersihkan luka.
 Jaga agar kulit tetap kering
e. NDx :Nyeri berhubungan dengan rusaknya ujung-ujung syaraf, trauma dan edema karena injury luka bakar, dan prosedur.

NOC : klien merasakan nyeri berkungan yang ditandai dengan anak dapat beristirahat dan beraktivitas sesuai kebutuhan

NIC : Mengurangi rasa nyeri;
 Kaji tingkat nyeri dengan skala 1-10
 Catat HR, tekanan darah dan pernafasan
 Pemberian obat nyeri 20-30 menit sebelum prosedur perawatan luka
 Hati-hati dalam perawatan kulit.
 Gunakan kontak taktil
 Gunakan terapi distraksi
 Kurangi hal-hal yang dapat menimbulkan nyeri.
 Lakukan pergerakan aktif dan pasif
 Pengaturan posisi yang tepat.
f. NDx : Risiko infeksi berhubungan dengan hilangnya lapisan pelindung kulit sekunder dari luka bakar, atau luka yang terkontaminasi.

NOC : Luka bakar akan mengalami penyembuhan tanpa infeksi, tidak ada sepsis, dan tidak ada infeksi pulmonal.

NIC : Mencegah infeksi :
 Kaji luka selama mengganti balutan.
 Gunakan teknis steril saat melakukan perawatan luka.
 Kaji adanya sepsis; perubahan status neurology, hypothermia, demam oliguria.
 Angkat eschar secara hati-hati.
 Mencuci tangan dengan teknik aseptic setiap akan menyentuh
 Bersihkan luka dengan larutan steril (normal saline)
 Gunakan standar pencegahan universal; baju khusus, mencuci tangan, menggunakan masker (semua personel yang mendekati anak).
 Pantau tanda-tanda vital; suhu, nadi.
 Observasi luka; purulent dan drainage.
 Pemberian antibiotik sesuai program.
g. NDx : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hipermetabolisme dan peningkatan kebutuhan kalori dan protein.

NOC : Status metabolisme seimbang yang ditandai dengan berat badan stabil, serum elektrolit normal, penyembuhan luka yang cepat, intake makanan dapat dipertahankan 90% sesuai kebutuhan.

NIC : Meningkatkan status nutrisi yang optimum.
 Berikan nutrisi; kue-kue atau makanan kecil yang tinggi, kalori dan protein.
 Hindari nyeri saat prosedur karena nyeri dapat menurunkan nafsu makan.
 Berikan vitamin dan mineral
 Berikan makanan tambahan yang dapat menambah nafsu makan.
 Antisipasi total nutrisi parenteral.
h. NDx : Risiko gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka bakar, nyeri, gangguan pergerakan sendi, dan adanya pembentukan skar.

NOC :Klien akan mencapai fungsi aktivitas yang optimum.

NIC : Meningkatkan fungsi aktivitas.
 Jelaskan pentingnya latihan dan lakukan latihan pergerakan aktif dan pasif.
 Observasi kontriksi eschar khususnya persendian; kontraktor.
 Ajarkan cara meningkatkan penggunaan fungsi pergerakan.
 Pemberian analgetik sebelum melakukan aktivitas, bila perlu.
 Tingkatkan aktivitas diri
 Libatkan keluarga untuk melakukan pergerakan persendian, fleksi, ekstensi, rotasi, abduksi-abduksi.
i. NDx : Gangguan citra tubuh, perubahan proses keluarga, tidak efektif coping keluarga, dan kurangnya pengetahuan berhubungan dengan luka bakar

NOC : Klien dan keluarganya mengekspresikan perasaan tentang kondisi anak, pengobatan, prosedur dan partisipasi dalam perawatan anak.

NIC : Meningkatkan konsep diri, koping yang positif dan pemahaman kondisi dan pengobatan.
 Ajarkan untuk mengekspresikan perasaan.
 Jelaskan tentang kondisi luka bakar, perawatan dan pengobatannya dan jelaskan apa yang dapat dilakukan oleh keluarga.
 Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan termasuk alasannya.
 Kaji support sistem keluarga.
 Demonstrasikan cara merawat luka dengan teknik aseptic.
 Tenangkan klien dan keluarganya dengan komunikasi yang terapeutik.
 Antisipasi perilaku regresi.





REFERENSI

Brunner & Suddarth, (1996) Text Book of Medical-Surgical Nursin
health.groups.yahoo.com
http://doktersehat.com/2008/03/31/semua-tentang-kesemutan/

No comments:

Post a Comment